Teori Manajemen Perilaku
Teori Manajemen Perilaku (Behavioral Management Theory)
Penekanan pemikiran manajemen pasca
aliran klasik ada di seputar interaksi dan motivasi individu di dalam
organisasi. Prinsip-prinsip manajemen selama periode klasik kurang mampu
menyesuaikan diri dengan aneka situasi berbeda yang berkembang di
sekeliling organisasi. Aliran tersebut juga dianggap kurang mampu
menjelaskan munculnya perilaku pekerja yang beragam dalam menjalankan
pekerjaan. Singkatnya, aliran klasik dianggap telah mengabaikan motivasi
dan perilaku tumbuh di dalam diri pekerja. Hasilnya, muncul aliran
perilaku (behavioral).
Teori manajemen behavioral kerap disebut
gerakan hubungan manusia akibat ia menekankan pentingnya dimensi
manusia dalam pekerjaan. Teoretisi behavioral yakin bahwa pemahaman yang
lebih baik atas perilaku manusia saat mereka bekerja, seperti motivasi,
konflik, harapan, dan dinamika kelompok, akan meningkatkan
produktivitas organisasi.
Elton Mayo. Kontribusi Mayo berawal dari
Hawthorne Studies. Mayo dan rekannya F. J. Roethlisberger menyimpulkan
bahwa peningkatan produksi merupakan hasil pengawasan supervisor
ketimbang perubahan pencahayaan ruangan atau fasilitas-fasilitas lain
yang bersifat fisik bagi pekerja. Supervisor yang mampu memahami apa
yang sesungguhnya diinginkan pekerja, diyakini akan mampu meningkatkan
motivasi dan produktivitas mereka. Kesimpulan pokok dari Hawthorne
Studies adalah, hubungan antarmanusia dan kebutuhan sosial pekerja
adalah aspek kunci bagi manajemen. Konsep motivasi dalam diri manusia
ini mendorong munculnya teori dan praktek manajemen yang revolusioner.
Abraham Maslow. Seorang psikolog,
membangun apa yang kemudian dikenal sebagai Teori Kebutuhan. Teori
kebutuhan adalah teori motivasi kerja yang didasarkan pada kebutuhan
umum manusia. Teori Maslow punya 3 asumsi:
- Kebutuhan manusia tidak akan pernah terpuaskan;
- Perilaku manusia punya tujuan dan dimotivasi oleh kebutuhan untuk merasakan kepuasan; dan
- Kebutuhan dapat diklasifikasi menurut struktur hirarki dari yang terpenting, yaitu dari bawah (dasar) hingga yang lebih kemudian.
Hirarki kebutuhan Maslow sebagai berikut:
- Kebutuhan Fisiologis. Dalam kebutuhan ini, Maslow mengelompokkan seluruh kebutuhan fisik yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup, seperti makanan atau minuman. Setelah kebutuhan fisiologis tercapai, ia bukan lagi berupa motivator.
- Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan ini mencakup keamanan dasar, stabilitas posisi dan hubungan kerja, perlindungan, dan kebebasan dari rasa takut. Ia merupakan kondisi yang normal bagi setiap individu untuk memuaskan kebutuhan ini. Jika belum terpenuhi, maka ia menjadi motivator.
- Kebutuhan Pemilikan dan Kasih Sayang. Setelah kebutuhan fisik dan keamanan terpuaskan, mereka bukan lagi motivator. Lanjutannya, muncul kebutuhan akan kepemilikan dan kasih sayang selaku motivator. Individu cenderung mencari hubungan bermakna dengan orang lain di dalam organisasi.
- Kebutuhan Kebanggaan Diri. Individu harus membangun rasa percaya diri dan ingin meraih status, reputasi, dan kemegahan.
- Kebutuhan Aktualisasi Diri. Ini adalah kebutuhan manusia untuk menemukan jati dirinya lewat pekerjaan yang ia lakukan.
Douglas McGregor. McGregor sangat terpengaruh oleh Hawthorne Studies dan teori kebutuhan Maslow. Ia yakin ada 2 jenis manajer. Jenis pertama, manajer Teori X, yang punya pandangan negatif atas pekerja, menganggap mereka malas, tidak bisa dipercaya, dan tidak punya kemampuan. Manajer lain bertipe Teori Y, yang, mengasumsikan pekerja bukan hanya bisa dipercaya dan mampu memikul tanggung jawab, tetapi juga punya motivasi kerja yang tinggi. Aspek penting gagasan McGregor adalah keyakinannya bahwa manajer yang menganut salah satu asumsi dapat menciptakan kemampuan untuk membuat anak buah mengikuti harapan manajer.
Salimmotivationcentre.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar